Tips Pencegahan infeksi HIV berbasis bukti
Tanggal 1 Desember setiap tahunnya diperingati sebagai hari AIDS sedunia, tema yang terus menerus ditekankan adalah "Getting to Zero". Tema ini bisa berarti banyak, nol infeksi baru, nol kesulitan akses antiretroviral sampai nol diskriminasi terhadap ODHA (Orang dengan HIV-AIDS). Pencapaian target tersebut membutuhkan peran serta klinisi untuk dapat secara aktif memberikan edukasi dan juga tindakan klinis terhadap individu-individu beresiko tertular. Berikut adalah tips penceggahan infeksi HIV yang dapat dilakukan oleh para praktisi klinis sehari-hari.
1. Profilaksis pasca paparan
Diberikan kepada tenaga kesehatan atau individu yang terpapar produk darah atau mengalami luka tusukan jarum dari pasien positif HIV. Pemberian antiretroviral disarankan dengan kombinasi Zidovudine + Lamivudine (WHO) atau Tenofovir + emitricitabine (CDC) selama 28 hari. Profilaksis dengan rejimen tersebut dapat mencegah infeksi HIV hampir 100% apabila dimulai dalam waktu 48-72 jam pasca paparan.
2. Pencegahan infeksi ibu ke bayi
Dengan menggunakan kombinasi antiretroviral (Zidovudine + Lamivudine + Nevirapine) dan sectio cesarea dapat menurunkan proporsi infeksi bayi dari 15% menjadi 1%. Saat ini pemerintah Indonesia menganjurkan untuk pemeriksaan status HIV pada semua ibu hamil, sebagai bagian dari program menurunkan angka infeksi baru HIV.
3. Sirkumsisi Pria (Sunat)
Saat ini disarankan untuk dilakukan oleh semua pria beresiko tinggi, baik dengan alasan agama ataupun untuk pencegahan, penelitian terbaru membuktikan bahwa sirkumsisi pria mampu menurunkan resiko infeksi HIV sampai 58% pada individu dengan resiko tinggi pada populasi di Afrika Sub-Sahara.
4. Memberikan pengobatan antiretroviral
Memberikam antiretroviral sesegera mungkin pada ODHA tanpa memandang kadar CD4, selama tidak ada kontraindikasi (mis, infeksi oportunistik belum tertangani). Antiretroviral terbukti menjadi metode utama pencegahan infeksi baru HIV, sebuah studi baru HIV menunjukkan pencegahan infeksi sampai 96% pada pasangan ODHA yang mendapatkan antiretroviral.
sources:
Am J Hypertens. 2014, doi: 10.1093/ajhhpu028
Presented at European Society of Cardiology Congress on September 2013
Stroke. 2012;43:1200-1205
Tabloid MD, November 2014
bilamana terdapat kesalah, mohon diralat, terima kasih

yang penting hindari virusnya jangan orangnya. :)
ReplyDeletekatanyakan penularan virus ini begitu cepat, hanya dengan bersentuhan saja apa yang sipenderita gunakan bisa menularkan virus kepada kita, sehingga bukan hanya virusnya saja dihindari, tetapi orangnya juga yang terkena.
Deletekan jadi takut kena juga attuh mas update
setuju dengan mas Update campuran...
Deleteistilah baru nih buat saya, sirkumsisi.
ReplyDeletecontoh kalimat:
"Mas Yanto sudah sirkumsisi belom?"
bakteri campur ulet
ReplyDeleteselalu jaga diri aja kalau saya Mas, karena kesehatan itu mahal
ReplyDeletebener mbak dewi, jauhi narkoba, dan setia pada pasangan.
ReplyDeletebetul mas Yan, dengan pengetahuan tentang HIV dan penularannya, semoga tidak ada diskriminasi dan meminimalis penularannya
ReplyDeletehayo siapa tuh yang belum sunat. heheee
ReplyDeleteohya salam kenal mas & izin follow blognya ya
ReplyDeleteamiin...semoga saja lancar dalam prakteknya mas
ReplyDelete